CEFR (Common European Framework of Reference for Languages) adalah kerangka standar internasional yang menggambarkan kemampuan bahasa seseorang dalam enam tingkat, mulai dari A1 (pemula) hingga C2 (mahir). Dikembangkan oleh Dewan Eropa, CEFR menyediakan deskriptor terperinci tentang apa yang dapat dilakukan pembelajar bahasa pada setiap tingkat dalam empat keterampilan: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.
Kerangka ini telah diadopsi secara luas di luar Eropa dan menjadi acuan global untuk pengembangan kurikulum bahasa, penilaian kemahiran bahasa, dan sertifikasi bahasa asing. CEFR memungkinkan perbandingan kemampuan bahasa lintas negara dan institusi, serta membantu pembelajar memahami tingkat kemahiran mereka secara objektif.
Pengembangan CEFR dan Pengaruh Internasional
Pada tahun 1980-an, Council of Europe memulai sebuah proyek penting yang berjudul “Language Learning for European Citizenship” dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kerjasama antar negara-negara Eropa melalui pembelajaran bahasa.
Proyek ini menjadi dasar bagi pengembangan Common European Framework of Reference for Languages (CEFR), yang pertama kali diperkenalkan antara tahun 1986 dan 1989. CEFR adalah kerangka kerja yang dirancang untuk memberikan standar umum dalam pembelajaran, pengajaran, dan penilaian kemampuan bahasa asing di seluruh Eropa.
Konsep utama CEFR adalah untuk mengharmoniskan standar pendidikan bahasa sehingga siswa dari berbagai negara bisa mengerti dan membandingkan kemampuan bahasa mereka dengan lebih jelas dan konsisten. Pada November 2001, sebuah Resolusi Dewan Eropa merekomendasikan penggunaan CEFR untuk membuat sistem validasi kemampuan bahasa. Ini menandai awal dari penggunaan CEFR secara luas dalam pendidikan bahasa di Eropa dan lebih jauh lagi, di seluruh dunia.
CEFR membagi kemampuan bahasa menjadi enam tingkatan referensi: A1, A2 (Basic User), B1, B2 (Independent User), C1, dan C2 (Proficient User). Setiap tingkat ini memiliki deskriptor yang mendetail tentang apa yang seharusnya siswa bisa lakukan dalam bahasa tersebut, baik dalam membaca, menulis, mendengar, maupun berbicara. Ini memberikan kerangka yang jelas bagi guru, siswa, dan lembaga pendidikan untuk menetapkan tujuan pembelajaran dan menilai kemajuan.
Pengaruh CEFR pada pengembangan tes standar kemahiran bahasa asing sangat signifikan. Sebelum CEFR, berbagai metode penilaian bahasa digunakan di berbagai negara, yang sering kali tidak dapat dibandingkan satu sama lain. Dengan adanya CEFR, institusi pendidikan dan pembuat tes mulai merancang atau menyesuaikan tes mereka untuk selaras dengan tingkatan CEFR.
Sebagai contoh, versi awal dari Manual for Relating Language Examinations to the Common European Framework of Reference for Languages diterbitkan pada tahun 2003, memberikan panduan bagi penyelenggara tes untuk mengaitkan ujian bahasa mereka dengan CEFR. Ini termasuk menghubungkan satu tes ke CEFR, menghubungkan serangkaian tes di berbagai tingkat, dan studi nasional oleh dewan ujian dan lembaga penelitian. Praktisi dan akademisi berbagi pengalaman mereka pada sebuah kolokium di Cambridge tahun 2007, yang kemudian memperkuat penggunaan CEFR dalam praktik penilaian bahasa.
Dalam konteks Indonesia, CEFR juga mulai diterapkan dalam pengembangan bahan ajar dan tes untuk Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Buku ajar seperti “Sahabatku Indonesia” telah disusun sesuai dengan tingkatan CEFR, memberikan kontinuitas dari pemula hingga mahir dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian-penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa CEFR telah mempengaruhi cara institusi pendidikan di Indonesia menilai dan mengembangkan kurikulum BIPA, menyesuaikan dengan standar internasional.
Pengaruh CEFR di Asia
Common European Framework of Reference for Languages (CEFR) telah memberikan pengaruh yang signifikan pada pembelajaran dan penilaian kemampuan bahasa di Asia, meskipun CEFR awalnya dikembangkan untuk konteks Eropa. Berikut adalah beberapa cara pengaruh CEFR terhadap bahasa di Asia:
- Standar Internasional yang Konsisten:
CEFR telah diadopsi oleh beberapa negara di Asia sebagai kerangka untuk mengukur kemampuan bahasa asing. Ini memberikan standar yang konsisten untuk bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, dan bahasa asing lainnya yang diajarkan di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan. Misalnya, di Indonesia, CEFR digunakan dalam pengembangan buku ajar untuk Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), seperti “Sahabatku Indonesia” yang disusun sesuai dengan enam tingkatan CEFR. - Pengembangan Kurikulum dan Materi Ajar:
Banyak institusi pendidikan di Asia telah menyesuaikan kurikulum mereka dengan CEFR, menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan spesifik untuk setiap tingkat kemampuan. Ini membantu memastikan bahwa pembelajaran bahasa lebih terstruktur dan efektif. Di Indonesia, CEFR mulai diterapkan dalam Kurikulum Merdeka, yang menandakan adopsi yang lebih luas di sistem pendidikan formal. - Penilaian dan Sertifikasi:
CEFR memfasilitasi pengembangan tes dan sertifikasi bahasa yang dapat dibandingkan secara internasional. Di beberapa negara Asia, tes bahasa yang disesuaikan dengan CEFR seperti TOEFL, IELTS, dan ujian bahasa lokal lainnya membantu dalam penerimaan universitas, pekerjaan, dan imigrasi. Misalnya, di Indonesia, CEFR telah membantu dalam standarisasi tes kemampuan bahasa Inggris dengan menetapkan level yang diinginkan pada kurikulum. - Peningkatan Kualitas Pengajaran dan Pembelajaran:
Dengan kerangka yang jelas dari CEFR, guru dapat lebih efektif dalam mengajar karena mereka memiliki panduan tentang apa yang harus diajarkan di setiap tingkat. Ini juga membantu siswa untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka dalam penguasaan bahasa, memungkinkan pembelajaran yang lebih terarah. - Adaptasi dan Lokalisasi:
Ada tantangan dalam menerapkan CEFR secara langsung di Asia karena perbedaan budaya, bahasa, dan sistem pendidikan. Namun, CEFR telah diadaptasi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan lokal. Misalnya, di Jepang, meskipun fokus masih pada pengajaran bahasa Barat, ada upaya untuk memasukkan CEFR dalam pengajaran bahasa Asia Timur. - Penelitian dan Analisis Kinerja:
CEFR telah memfasilitasi penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan bahasa di Asia, dengan banyak kajian yang mengevaluasi efektivitas implementasinya dalam konteks lokal. Penelitian tentang tren dan tantangan penerapan CEFR di Indonesia menunjukkan bahwa ada potensi besar untuk meningkatkan kompetensi bahasa asing, namun juga ada kendala dalam adaptasi dan implementasi.
Secara keseluruhan, CEFR telah memberikan kerangka yang memungkinkan pendidikan bahasa di Asia untuk lebih terintegrasi dengan standar global, meskipun dengan adaptasi agar sesuai dengan konteks lokal.
Daftar Pustaka:
- Council of Europe. (2001). Common European Framework of Reference for Languages: Learning, teaching, assessment. Cambridge University Press.
- North, B. (2014). The CEFR in Practice. Cambridge University Press.
- Figueras, N., North, B., Takala, S., Verhelst, N., & Van Avermaet, P. (2005). Relating examinations to the Common European Framework: A manual. Language Testing, 22(3), 261-279.
-
Robbani, A. Syahid. (2023) Tren penelitian dan tantangan penerapan Common European Framework of Reference for Languages (CEFR) di Indonesia. ResearchGate.
Be the first to comment on "Pengaruh CEFR di Berbagai Test Kemahiran Bahasa, dari IELTS hingga BIPA"